HALUSINASI
KINESTETIK
PENGERTIAN
HALUSINASI
Halusinasi
adalah pencerapan yang slah dari panca indera seseorangyang diakibatkan karen
sesuatu gangguan.
sebagian
besar pasien yang mengalami halusinasi adalah halusinasi pendengaran.
halusinasi dapat muncul dan hilang sesuai dengan situasi dan kondisi pasien
tersebut. faktor mental dan lingkungan sangat berpengaruh dalam hilang
timbulnya halusinasi.
JENIS-JENIS
HALUSINASI
1. Auditory
Adalah halusinasi
pendengaran dimana seseorang mendengar suara-suara
2. Visual
Adalah
halusinasi penglihatan dimana seseorang melihat gambaran mungkin dalam bentuk
lintasan cahaya, pandangan yang terperinci atau kompleks
3. Olfactory
Adalah
halusinasi penghidu dimana seseorang membaui bau busuk, sangat menjijikan, bau
tengik, tetapi kadang-kadang bau bisa menyenangkan
4. Gustatory
Adalah
halusinasi pengecap dimana seseorang merasa mengecap sesuatu yang busuk,
menjijikan, rasa tengik
5. Tactile
Adalah halusinasi peraba dimana seseorang
mengalami perasaan tidak nyaman atau nyeri tanpa adanya rangsangan, misalnya
merasakan sensasi listrik datang dari tanah
6. Cenestetic
Adalah
halusinasi dimana seseorang merasakan fungsi tubuhnya sendiri, misalnya
seseorang merasakan darah mengalir melalui pembuluh darah
7. Kinesthetic
Adalah
halusinasi dimana seseorang mengalami sensasi pergerakan saat berdiri, tidak
bergerak atau sebaliknya pada saat bergerak, dia merasa seperti hanya diam saja
TANDA-TANDA
HALUSINASI KINESTETIK
Seolah-olah
badannya bergerak-gerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak-gerak
tak berhenti, merasa badannya bergerak dalam sebuah ruangan, atau anggota
badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau phantom limb)
Penderita
merasa badannya bergerak gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya yang
bergerak-gerak, misalnya “phantom phenomenon” atau tungkai yang diamputasi
selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan
toksik tertentu akibat pemakaian obat tertentu.
Penderita
merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan
bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita
schizophrenia dan pencandu narkoba.
Beberapa kondisi yang
memungkinkan kemunculan halusinasi kinestetik.
1. Demam tinggi
2. Keracunan atau
penggunaan marijuana (ganja), LSD, kokain Amphetamine dan turunannya, heroin,
dan alkohol
3. Demensia atau
delirium
4. Kerusakan panca
indera seperti kebutaan dan tuli
5. Beberapa kondisi
medis seperti kegagalan hati, kanker otak
6. Kondisi psikiatrik
seperti schizophrenia, depresi dengan psikotik, dan PTSD (post-traumatic stress
disorder)
Seperti
juga yang terjadi sebelumnya dengan pelaku Afriyani Susanti, yang ditenggarai
pulang pesta narkoba jenis Sabu dan alcohol. Novi Amelia pun setelah menjalani
pemeriksaan Kepolisian mengaku habis mengkonsumsi narkoba jenis ekstasi dan
alcohol.
Ada
banyak cara untuk melepas stress dan bersenang-senang. Yang jelas dari rentetan
kecelakaan maut tersebut. Sudah jelas buktinya, bahwa mengkonsumsi narkoba
ternyata tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga membahayakan nyawa orang
lain.
HALUSINASI CENESTETIK
Cenestetik
- Merasakan
fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan
atau pembentukan urine.
Tahapan terjadinya
halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan setiap fase
memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu :
Fase I :
- Klien
mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam
dan asyik sendiri.
Fase II :
- Pengalaman
sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.
Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
Fase III :
- Klien
berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan
berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
Fase IV :
- Pengalaman
sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di
sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang. Kondisi klien sangat membahayakan.